Rabu, 15 Desember 2010

Bandung World Jazz 2010 "Sound Through The Dimension"


BANDUNG WORLD JAZZ FESTIVAL 2010
“SOUND THROUGH THE DIMENSION”



Latar Belakang

             Musik adalah hal yang tidak mempunyai wujud akan tetapi bisa kita rasakan dan dengar melalui bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh individu atau sekelompok orang kemudian disajikan sebagai bentuk kesenian yang dapat dinikmati dan di apresiasi. Musik merupakan bahasa seni universal yang dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja, karena sifatnya  yang flexible atau bisa saja berubah sesuai dengan lokasi, sejarah dan budaya dimana tempat ia berasal. Musik juga dapat mempengaruhi jiwa seseorang yang mendengarkannya.

             Dalam perkembangannya, musik dimulai pada zaman kuno yang belum memiliki bentuk dan ciri khas, muncul seiring berkembangnya peradaban manusia. Baru setelah pada zaman sejarah, manusia mampu mengenal dan menciptakan alat musik yang digunakan untuk upacara ritual untuk menyembah dewa-dewi. Kemudian berlanjut ke musik zaman abad pertengahan,  renaissance, baroque, klasik, romantic, modern. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan keanekaragaman alat musik, berbagai macam jenis musik pun diklasifikasikan menjadi beberapa genre yaitu pop, rock, jazz, metal, dangdut, keroncong, klasik, blues dan masih banyak lagi.

              Diantara sekian banyak genre musik diatas, adalah jazz merupakan sebuah genre musik yang unik, mengusung spontanitas, improvisasi, kreatifitas serta imajinasi yang kuat untuk memainkannya. Hal-hal yang ditawarkan oleh jazz inilah yang menjadi acuan bagi Jendela Ide Sabuga (Event Organizer) untuk mengadakan event tahunan seperti “Bandung World Jazz Festival 2010”.


       Bandung World Jazz Festival 2010 kali ini mengangkat tema “Sound Through The Dimension” yang memiliki arti bunyi yang akan melampaui batas-batas dimensional, ruang dan waktu, wilayah, ras dan juga peradaban (www.bandungworldjazz.com).

        Tema demikian diangkat dengan harapan bahwa event ini dapat memperkaya dan menjadi sebuah identitas baru bagi para musisi untuk dapat berbicara lebih jauh di dalam sebuah dialog budaya global. Dengan kata lain event ini tidah hanya menawarkan euphoria atau perayaan semata, melainkan sebuah wacana baru bagi pertumbuhan musik baru dalam mewujudkan identitas masing-masing, sehingga karya yang dihasilkan akan semakin kuat karena disana terjadi kesepakatan bunyi, dan hal itu akan melampaui semua batasan-batasan yang hanya mampu dinikmati dan dirasakan oleh perasaan.

      Bandung World Jazz 2010 sendiri diselenggarakan selama dua hari yakni pada tanggal 6 dan tanggal 7 November 2010 di Gedung Sasana Budaya Ganesha-Bandung. Menampilkan sekitar lima puluh musisi baik dari dalam maupun luar negeri, seperti :

-          UPI ELBE BIGBAND (INDONESIA)
-          MALIRE/STISI (INDONESIA)
-          IMAM BARATA (INDONESIA)
-          PESISIR ENSEMBLE & JENDELA IDE MODJEMBE (INDONESIA)
-          LA GANDIE (INDONESIA)
-          KOMUNITAS JAZZ KEMAYORAN (INDONESIA)
-          GILANG RAMADHAN (INDONESIA)
-          SARATUS PERSEN (INDONESIA)
-          DAVID MANUHUTU (INDONESIA)
-          IDHI & ARCHIPELAGO BAND (INDONESIA)
-          CASTAVARIA(INDONESIA)
-          SONI AKBAR feat KARINDING ATTACK (INDONESIA)
-          KOLESIUM MUSIKUM UNIMED (INDONESIA)
-          AGUNG PRASTEYO feat FARAH DI (INDONESIA)
-          DUO MAURINO-TAUFIC (ITALIA)
-          LAGALIGO SYNDICATE (INDONESIA)
-          KARINDING COLLABORATION PROJECT (INDONESIA)

-     UNY/STUPA ETMO CONTEMPORER (INDONESIA)
-     JOAN & THE JESSELTONE (MALAYSIA)
-      IMELDA ROSALIN feat SUDJIWO TEDJO (INDONESIA)
-      BWJ for YOUTH (INDONESIA)
-      FIFTEEN PLUS (INDONESIA)
-      MODJEMBE (INDONESIA)
-      JAZZY ONE (INDONESIA)
-      INDONESIAN YOUTH REGENERATION (INDONESIA)
-      GANG SADEWA (INDONESIA)
-      PRABUMI (INDONESIA)
-      BARAYA feat EUIS KOMARIAH
-      AKORDION (INDONESIA)
-      ETNOMISSION/TOHPATI (INDONESIA)
-      KOKO HARSOE (INDONESIA)
-      DONI SUHENDRA PROJECT feat BALAWAN (INDONESIA)
-      BARRY LIKUMAHUWA (INDONESIA)
-      CONTINENTAL JAZZ CROSSOVER PROJECT (AUSTRALIA)
-           

      Menampilkan panggung utama yang dibagi menjadi tiga bagian panggung, dengan tidak membedakan posisi dari keberadaan panggung tersebut.


SUASANA HARI I  (6 November 2010)
BANDUNG WORLD JAZZ FESTIVAL (BWJF) 2010


       Di hari pertama pergelarannya, BWJF 2010 mengalami sedikit keterlambatan jadwal rundown acara, yakni seharusnya dimulai pukul 10.00 WIB, namun berubah jadwal karena ada kesalahan teknis sistem audio dari pihak panitia penyelenggara. Alhasil banyak kendala yang ditemukan di lapangan menyangkut hal tersebut. Perubahan jadwal inipun tidak diberitahu oleh pihak panitia kepada penonton yang sudah membeli tiket seharga (Rp.75.000,-) untuk umum dan (Rp.50.000,-) untuk mahasiswa dan pelajar.

              

Namun hal yang bersifat teknis demikian tidaklah menghambat antusias penonton untuk hadir dalam event yang sudah dua kali digelar di kota Bandung tersebut. Setelah mengalami keterlambatan jadwal yang cukup lama yakni hampir sekitar dua jam, akhirnya grup pertama yang mengawali event BWJF 2010 kali ini adalah Malire (STISI) yang tampil cukup menghibur di hari pertama. Walaupun saat itu penonton yang datang masih sangat sedikit, namun Malire tetap berusaha tampil maksimal demi memeriahkan event BWJF 2010 kali ini. Membawakan sekitar lima buah lagu dengan komposisi yang cukup baik,  bernuansa etnik kontemporer Jawa Barat, grup yang berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Seni Indonesia Bandung ini mampu mengawali acara dengan cukup baik mampu mencuri perhatian penonton juga media pada perhelatan BWJF 2010 kali ini.

     Menampilkan sekitar 18 grup seperti : Malire (STISI), UPI Elbe Bigband, Imam Barata, Pesisir Ensemble & Jendela Ide Modjembe, La Gandie, Komunitas Jazz Kemayoran, Gilang Ramadhan, SaratusPersen, David Manuhutu, Idhi & Archipelago Band, Castavaria, Soni Akbar feat Karinding Attack, Kolessium musikum UNIMED, Agung Prasetyo feat Farah Di, Duo Maurino-Taufic, de Lagaligo Syndicate, Karinding Collaboration Project, Continental Jazz crossover Project.
 





             











BWJF 2010 di hari pertama ini di dominasi oleh musisi dan grup yang berasal dari Indonesia. Baru pada sekitar pukul 21.00 WIB tampil sebuah duo yang memikat perhatian saya, yakni Duo Maurino-Taufic yang berasal dari Italia. Penampilan mereka sangat menghibur, karena hanya mengandalkan dua buah instrument, yakni saxophone dan klasik gitar yang dibalut dengan irama latin ala Brazil mampu menghadirkan komposisi jazz kontemporer yang sangat apik dengan efek percussive di dalamnya. Mereka membawakan sekitar enam buah lagu yang diselingi oleh sapaan ramah dari keduanya kepada penonton yang memang cukup memadati Gedung Sasana Budaya Ganesha pada malam itu.


SUASANA PADA HARI 2  (7 November 2010)
BANDUNG WORLD JAZZ FESTIVAL (BWJF) 2010

             Lagi-lagi di hari keduanya, BWJF 2010 mengalami keterlambatan jadwal rundown acara, yang mengakibatkan banyak penonton yang agak sedikit kecewa dengan adanya masalah teknis ini. Diawali oleh workshop yang menampilkan narasumber Continental Jazz Crossover Project yang melakukan demo pada permainan bass, keyboard, drum, yang di kolaborasi bersama dengan kendang khas Jawa Barat. Pada workshop kali ini narasumber berusaha untuk melibatkan penonton agar terjadi keakraban dan interaksi antara artis dengan peserta workshop. Namun lagi-lagi pada saat workshop, panitia seakan kehilangan koordinasi dengan narasumbernya, hal ini dibuktikan ketika penyediaan alat yang diminta oleh narasumber tidak bisa dipenuhi oleh panitia acara bagian talent. Akan tetapi acara workshop tetap berjalan dengan baik walaupun tempat dan waktu yang disediakan amat terbatas.

             Setelah workshop usai, tibalah giliran Uny/Stupa Etmo Contemporer  untuk tampil mengawali BWJF 2010 di hari kedua ini pada panggung utama sekitar pukul 14.00 WIB yang sebelumnya diawali oleh break adzan dzuhur terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan oleh sekitar 15 grup seperti : Joan & The Esseltone, Imelda Rosalin feat Sudjiwo Tedjo, BWJ Youth, Fifteen Plus, Modjembe, Jazzy One, Indonesian Youth Regeneration, Gang Sadewa, Prabumi, Akordion, Etnomission/Tohpati, Koko Harsoe, Doni Suhendra Project feat Balawan, Barry Likumahuwa.

             Di pertengahan acara di hari kedua ini, ada sebuah renungan yang dipimpin oleh Djaelani (Kurator Bandung World Jazz 2010) untuk memperingati korban dari bencana alam yang akhir-akhir ini melanda negeri kita yang tercinta ini. Alhasil suasana pada malam itu berubah menjadi hening seiring dengan adanya renungan pada malam itu yang memang dipadati oleh penonton yang jumlahnya lebih besar dibanding pada hari pertama.


             

 Akhirnya Doni Suhendra dan I Wayan Balawan menutup rangkaian acara BWJF 2010 kali ini dengan membawakan sekitar lima buah lagu dengan nuansa kontemporer etnik khas Bali yang cukup apik, menawan, walaupun sepi penonton di akhir acara, karena telah melewati batas schedule yang direncanakan sebelumnya oleh panitia. Sehingga jadwal dan waktu acarapun menjadi ‘molor’ hingga larut malam, bahkan menjelang pagi. (DM/2011)

2 komentar: